Krisis Beras Mengancam Sumbar

Krisis pangan bakal mengancam kita. Pasalnya, laju pertumbuhan penduduk Sumbar tak seimbang lagi dengan luas lahan pertanian yang terus merosot tiap tahunnya.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Laka Lalin Pembunuh Utama Sumbar

Sebelas Bulan, 494 Nyawa Melayang Kecelakaan (Laka) lalu lintas (lalin) masih mejadi pembunuh utama

Senin, 15 Desember 2014

Krisis Beras Mengancam Sumbar

Lahan Berkurang Angka kelahiran Justru 10 Besar Nasional

Krisis pangan bakal mengancam kita. Pasalnya, laju pertumbuhan penduduk Sumbar tak seimbang lagi dengan luas lahan pertanian yang terus merosot tiap tahunnya. Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Sumbar, H. Nofrijal mengatakan, pertambahan penduduk Sumbar setiap tahunya berkisar 60 hingga 100 ribu jiwa.

Kosumsi beras sebagai makanan pokok masyarakat khususnya masyarakat Sumbar terus meningkat. Hal itu berbanding lurus dengan pertambahan penduduk, kondisi ini jelas mengibatkan luas lahan pertanian terutama areal persawahan berkurang seiring alih fungsi lahan untuk kebutuhan pembangunan masyarakat," kata Nofrijal, Minggu (14/12) kemarin.

Dia memaparkan, jumlah penduduk Sumbar tergolong tinggi secara nasional, dengan persentase pertumbuhan 0,2 persen setiap tahunya. Berdasarkan sensus, jumlah penduduk Sumbar pada tahun 2010 adalah 4,9 juta jiwa, saat ini diprakirakan 5,1 juta jiwa lebih.

Angka kelahiran total (TFR) Sumbar adalah 2,8 persen setiap tahunya. Persentase tersebut tergolong tinggi dengan rata-rata nasional yang hanya 2,6 persen. "Jumlah itu termasuk 10 besar nasional bersama beberapa daerah yang jumlah penduduknya masih tinggi diantaranyan NTT, Sumut, Sulawesi Barat dan Irian Jaya," tambanhya.

Tingginya angka kelahiran ini membuat jumlah penduduk Sumbar terus meningkat. Ditarik kebelakang, dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar, pada 1971 jumlah penduduk Sumbar hanya 2.793.213 orang.

Jumlah ini jauh meningkat pada sensus tahun 1980. Jumlah penduduk Sumbar tercatat 3.406.816 atau bertambah 613.603 orang. Pada sensus 1990, jumlah penduduk Sumbar kembali meningkat sebanyak 593.291 orang. Dengan peningkatan itu, jumlah penduduk tercatat 3.406.816.

Hal yang sama terjadi pada sensus 2000 dan 2010. Julah penduduk naik dengan rata-rata 500.000 orang. Hanya pada tahun 2000 kenaikan jumlah penduduk tercatat hanya 248.308 orang.

Kesadaran masyrakat Sumbar untuk mengendalikan anggka kelahiran dengan ber-KB itu hanya 50,2 persen. Persentase tersbut masih dibawah rata-rata nasional yakni 57,9 persen setiap tahunya.

"Kita ini masih kalah dengan daerah tetangga seperti Jambi, Riau dan Bengkulu, mereka itu rata-taranya sudah diangka 56 hingga 54 persen. Jelas tingginya angka kelahiran ini bakal mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat di satu kawasan," tegasnya.

Tingginya angka kelahiran pada satu kawasan, jelas bakal mempengaruhi daerah lain, seperti migrasi untuk mencari sumber penghidapan yang baru. Satu-satunya cara untuk mengendalikan hal ini adalah dengan menekan angka kelahiran.

Ini dengan asumsi, sulitnya menambah luas lahan. Sebaliknya, jumlah penduduk terus meningkat. Dia menjelaskan, pertumbuhan penduduk akan berbanding terbalik dengan kerusakan lingkungan. Sebab, masyarakat membutuhkan lahan untuk perumahan. Sementara lahan tak mungkin lagi bertambah.


Lahan Berkurang

Dengan peningkatan jumlah penduduk maka kebutuhan pangan juga cenderung meningkat. Sementara bila dilihat dari hasil tanaman padi di Sumatera Barat sepertinya tidak terjadi apa-apa. Memang dari 2005 hingga 2014, hasil padi meningkat cukup signifikan.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, dari tahun 2005-2009, hasil tanaman gabah kering atau padi, berkisar di angka 1,9 juta ton per tahun. Sempat menurun di 2009 karena bencana gempa, produksi padi Sumbar kembali naik pada 2011 hingga 2014.

Di tahun itu, produksi padi sampai pada angka 2,3 juta ton. Dengan konsumsi rata-rata 1,6 juta ton per tahun, Sumbar surplus beras sekitar 700 ton tiap tahunnya. Dengan kondisi demikian, memang untuk beberapa tahun kedepan masih aman, namun tidak dalam hitungan belasan tahun, Sumbar tak akan suplus beras lagi.

Dengan hasil panen padi yang sama, Sumbar diprediksi tak dapat lagi memenuhi kebutuhan pangan. Perhitungannya, dengan konsumsi masyarakat 1,6 juta ton beras, dengan jumlah penduduk 4,8 juta pada tahun 2010, tiap orang menghabiskan sekitar 334 liter beras tiap tahun.

Dengan kenaikan hampir dua kali lipat jumlah penduduk, Sumbar butuh dua kali lipat pula kebutuhan akan beras. Surplus 700 ton tiap tahun tidak lagi mencukupi.

Kenyataannya, luas lahan sawah di Sumbar terus berkurang. Masih dari data BPS, di Kota Padang misalnya, tahun 2006, luas sawah di Kota Bingkuang ini sebanyak 6.736 hektare. Tahun 2007, jumlahnya hanya 6.731 hektare. Jumlah ini berkurang lagi pada 2008, yaitu sebanyak 6.659 hektare.

Terjadi rata-rata penurunan 38,5 hektare tiap tahunnya. Catatan Dinas Pertanian Sumbar, dalam waktu 10 tahun, telah terjadi pengurangan lahan sawah sebanyak 2 ribu hektare karena pengembangan perumahan di Kota padang.

Alih fungsi lahan sawah yang lebih masif terjadi di Pasaman Barat. Jika pada tahun 1981, luas sawah tercatat 27.168 hektare. Pada tahun 2005, luas sawah hanya bersisa 16.127 hektare. Jumlah ini turun lagi pada 2007, yaitu sebanyak 14.840 hektare. Kondisi ini karena perkebunan sawit. Lahan sawah diganti dengan perkebunan sawit.

Hal yang sama terjadi di Solok Selatan. Pada 2005, luas sawah tercatat 15.769 hektare. Pada tahun 2011, tercatat hanya 9.270 hektare. Artinya, kurun waktu enam tahun saja, telah berkurang 6.490 hektare lahan sawah. (isr)

Minggu, 14 Desember 2014

Laka Lalin Pembunuh Utama Sumbar

Sebelas Bulan, 494 Nyawa Melayang


Kecelakaan (Laka) lalu lintas (lalin) masih mejadi pembunuh utama di Sumbar. Sebanyak 494 jiwa terbunuh dalam kecelakaan lalin sejak Januari hingga November 2014. Mungkin banyak yang menganggap sepele soal aturan berkendara, namun sadar atau tidak, ini lah kenyataannya. Jika dihitung secara matematis 1 pengendara tewas setiap harinya akibat Laka Lalin, baik kendaraan roda dua mapun roda empat.

Data Ditlantas Polda Sumbar mengungkapkan, dari 494 jiwa yang melayang hingga November, didominasi oleh usia remaja. "Ini akibat rendahnya kesadaran pengendara dalam mematuhi aturan berlalu lintas. Terutama pengendara usia remaja, dari mereka yang meninggal paling banyak itu usia remaja," ungkap Kabag Binopsnal Ditlantas Sumbar, AKBP H. Yanuardi ketika ditemui Rakyat Sumbar, Selasa (9/12) kemarin di kantornya.

Yanuardi menuturkan, hingga November terdapat 2.157 Laka Lalin yang terjadi. Selain 494 yang tewas, juga terdapat 1.0120 pengedara yang mengalami luka berat, 2.713 luka ringan.

Berdasarkan jumlah itu, dapat disimpulkan dalam 11 bulan, rata-rata ada 7 kejadian Laka  per harinya di Sumbar. Yang mengakibatkan jatuh korban korban luka berat sebanyak 3 orang perharinya dan juga 9 orang luka ringan perharinya.

Tak hanya korban jiwa, Ditlantas Polda Sumbar juga menyimpulkan, Laka Lalin telah menimbulkan total kerugian Rp6,86 miliar lebih. "JIka dirata-rata 20,56 juta kerugian materil perharinya," tukasnya.

Meskipun pihak kepolisian gencar mengkampayekan kesadaran berlalu lintas, dirinya sangat menyesalkan banyak pihak yang mengganggap hal ini serius. "Jumlah ini tentu luarbiasa, banyak nyawa yang melayang jangan dianggap sepele," tegasnya.

Harusnya kata dia, semua liding sector meberikan perhatian serius termasuk juga kepala daerah di setiap kabupaten kota. "Saya miris ya karena masih rendahnya kesadaran berkendaraan, harunya semua pihak prihatin, jika satu orang saja tewas diserang buaya di satu wilayah, pasti semua ribut dan cari pembunuhnya sampai dapat, nah ini yang terbunuh hampir 500 jiwa, apa ndak aneh kalau dianggap sepele," sesalnya.

Selain kesadaran pengendara yang masih rendah, jelas dia, foktor lain yang menyebabkan tingginya kasus kecelakaan akibat masih banyaknya jalan yang rusak atau berlobang. Selain kurang perawatan, tutur dia, kondisi jalan di Sumbar diperparah oleh banyaknya anggkutan barang yang bermuatan melebihi aturan tonase.

"Banyak anggkutan barang yang muatannya meledak (melebihi-red) ya akibatnya jalan kita cepat rusak, pengendara juga jadi korban," ujarnya.

Secara nasional, untuk tahun 213 lalu, terdapat 100.106 kejadian Laka Lalin, dengan rata-tara 274 Laka perhari atau 11 Laka per jamnya. Sedangkan untuk korban meninggal, terdapat 26.416 jiwa dengan rata-rata 72 korban meninggal setiap hari atau 3 jiwa per jamnya. Sementara itu, korban luka berat mencapai 28.438 jiwa atau rata-rata 78 korban per hari. Untuk kerugian materil, sepanjang 2013 lalu mencapai 255,86 miliar lebih atau 700,9 juta per harinya. (isr)

Jumat, 12 Desember 2014

First Post

First Post